Tuesday, February 26, 2013

Orang Kaya “Kuburan Mewah VS Shodaqoh Jariah” Oleh : Ahmad Shonhaji (Deputi Direktur Zakat dan Wakaf Dompet Dhuafa)

 Fenomena tanah kuburan di Indonesia semakin krirtis. Lahan kosong selalu saja dimanfaatkan oleh properti untuk kepentingan bisnis. Sehigga minat wakaf tanah kuburan semakin pudar, berbanding tingginya harga tanah yang ditawarkan pihak properti, apalagi berada di kawasan bussines Area. Budaya materialistis dan hedonisme meracuni kesholehan sosial untuk berbagi manfaat dengan umat. Saat ini pemerintah saja semakin kewalahan dengan angka pertumbuhan kematian dan semakin sempitnya lahan kuburan. Akibatnya biaya kubur semakin mahal, sewa/3 tahun, dan menumpuknya tulang belulang diatas tanah kuburan. Belum nampak political will pemerintah untuk mencari lahan baru dan menambah luas TPU yang ada. Faktanya malah menambah terus gedung mewah bertingkat sekelas Mall. Padahal itu menjadi bagian tanggungjawab pemerintah mengadakan fasum pemakaman bagi masyarakat, bukan malah mengalihkan fungsi tanah kuburan menjadi lahan bisnis. “Kuburan habis bisnis malah laris manis..”. Fakta ini dibaca oleh para pelaku bisnis properti untuk mendulang keuntungan yang sangat besar. Para pemilik tanah merasa lebih beruntung jika properti menawarkan harga tinggi karena tanah yang dimiliki menjadi tambahan investasi dunia. Sifat rakus dan serakahnya memanfaatkan setiap celah untuk menghasilkan uang. Dengan sentuhan arsitektur modern dibangun komplek mewah, apartemen sampai kuburan mewah dan mahal. Bagi orang kaya dengan uang banyak menjadi trend dan prestise baru tapi bagi orang miskin kuburan mewah diatas lahan mahal mengiris hati dan derita. Rumah yang ditempati saja tidak layak, mau mati saja mahal dan susah kuburannya, sementara orang kaya untuk kuburannya saja dibeli dengan harga mahal di tempat yang mewah dengan fasilitas keasrian, model taman garden. Subhanallah. Kini maraknya pemakaman mewah menjadi trend baru di Indonesia. San Diego Hills Memorial Park, pemakaman mewah terbesar di Karawang, Jawa Barat yang menjadi “rumah peristirahatan terakhir" orang-orang kaya di Indonesia. San Diego yang dimiliki oleh Lippo Group. Mereka membidik orang-orang dengan pendapatan yang tidak akan pernah habis. Pemakaman seluas 500 hektare ini memiliki fasilitas yang tak kalah dengan kawasan perumahan modern. Ada kolam renang, lintasan lari, restoran Italia papan atas, helipad, dan 8 hektare “danau malaikat “. Menyusul para pengembang yang melihat kuburan bisa menjadi aset bisnis seperti Pemakaman Giri Tama di Tonjong, Bogor, Lestari Memorial Garden di Karawang, dan Al Azhar Memorial Garden juga di Karawang,. Anehnya bukankah dalam Islam, Seharusnya orang kaya di negeri ini, khususnya yang muslim, meniru tradisi orang tua dulu yang telah mewakafkan tanahnya yang luas untuk pemakaman umum khusus umat Islam. Bukan malah dijadikan ajang bisnis mencari untung dunia lupa investasi akherat, apalagi pamer kekayaan, seolah harta kekayaan dan makam mewahnya bisa menyelamatkannya di alam barzah dari pertanyaan malaikat. Dalam surat at Takatsur ayat: 1-2 Allah sudah mengingatkan dengan keras dalam firman-Nya: “ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur ..” Bagi orang yang sudah meninggal tampilan makam bukanlah ukuran, yang penting adalah amal shalehnya selama hidup di dunia dan bekal investasi akherat yang sudah ditanamnya. Di dalam Islam tidak ada tuntutan bermegah-megah membangun makam. Islam justru mengajarkan kesederhanaan, termasuk urusan makam, cuma meninggikan tanah dan menjadikan batu sebagai nisan.“Kalau ada yang bermegah-megahan membangun makam, itu tren-tren saja, gengsi-gengsian saja. Jadi, daripada membeli makam mewah, lebih baik dishodaqohkan saja untuk kemaslahatan umat jauh lebih manfaat sebagai tabungan akherat,” Harta dan tanah yang disedekahkan apalagi diwakafkan akan menjadi deposito tanpa jangka dengan manfaat ganda. Keberkahan atas harta yang tersisa dan pahala yang terus mengalir (jariyah) sampai alam akherat, aamiin. Wallahu a’lam bis showab. 27022013/Shon.

No comments: