Thursday, October 30, 2008

Doa agar hajat dan cita-cita terkabul
Oleh : Ahmad Shonhaji

”watilkal ayyaamu nudaawiluhaa bainan naas” demikianlah Allah menegaskan dalam alqur’an bahwa rotasi kehidupan manusia seperti putaran roda. Ada kalanya ia pada posisi dibawah, tengah dan di atas. Demikian pula dengan Konsekwensi waktu yang dialami manusia ia akan melewati putaran tiga dimensi, masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang (masa depan). Masa lalu adalah kenangan dan memori; masa sekarang adalah realita dan fakta; dan masa depan adalah hayalan, impian, keinginan, bayangan dan cita-cita.
Setiap kita memiliki harapan dan cita-cita untuk dapat diraih sebagai sesuatu yang membanggakan dalam sejarah hidup. Cita-cita merupakan bintang terang setiap manusia. Meraih dan mendapatkannya adalah kesuksesan gemilang. Karenanya perjuangan meraih harapan dan cita-cita sering berhadapan dengan onak dan duri. Ketika keinginan akan cita-cita itu tercapai maka senyum dan kepuasan batin yang menghiasi hati kita, namun tak dipungkiri kegagalan adalah keniscayaan dalam meraihnya. Tidak ingatkah kita selain usaha yang kita lakukan, ada peran doa yang Allah kabulkan dalam persoalan kesuksesan dan kegagalan sebuah cita-cita.
Firman Allah; ”faidzaa ’azamta fatawakkal ’alallahi” maka ketika engkau berkehendak akan sesuatu maka serahkanlah segala urusannya kepada Allah. Berikut ini beberapa kiat yang dapat dilakukan sebagai sebuah proses meraih keinginan dan cita-cita, diantaranya:
Tanamkan motivasi yang kuat (niat)
Keinginan itu harus sesuatu yang Allah ridhoi (ibtighooa mardhotillah).
Mencoba dan terus mencoba.
Kontinuitas usaha (Istimror).
Mencermati setiap kegagalan yang terjadi (muhasabah)
Berdoa mengharapkan kebaikan.
Menyerahkan segalanya urusannya kepada Allah SWT (tawakkal)
Allah berkehendak atas kesuksesan dan kegagalan yang kita raih.
Semoga kita termasuk hambanya yang tetap tawadhu dan bersyukur dengan kesuksesan dan bintang terang yang kita raih, dan bukan malah kesombongan yang tampak, serta tetap ridho dan bersabar dengan kegagalan yang kita temui sebagai wujud keimanan terhadap ketetapan Allah SWT.amin.

· Astaghfirullaahal ’adzhim...3x wa atuubu ilaihi min jamii’il ma’aashi wadz zunuub
o Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, dan aku bertaubat kepada-Nya dari segala ma’shiyat dan dosa.
· Bismillahirrohmaanirrohim alhamdulillahi robbil ‘alamiin, hamdan naa’imiin, hamdan syaakiriin, hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi ‘alaa kulli haalin, hamdan yuaafii ni’amahu wa yukaafi maziidah.
o Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian Alam. Pujian bagi hambanya yang diberikan kenikmatan, yang bersyukur, pujian yang banyak, yang baik, pujian diberkahi atas segala keadaan, pujian atas kecukupan segala nikmatnya dan tambahnya kecukupan.
· Yaa Robbanaa lakal hamdu hamdan ablaghu bihii ridhooka, uaddii bihii syukruka, was taujaba bihil maziid min fadhlika.
o Duhai Tuhan Kami, bagi-Mu segala puji, pujian yang menghantarkan kepada ridho-Mu, pujian yang menyampaikan ungkapan rasa syukur kepada-Mu, dan dengan pujian itu mewajibkan segala kelebihan dari anugrah yang Engkau curahkan.
· Allahumma lakal hamdu ’alaa hilmika ba’da ’ilmika, walakal hamdu ’alaa ’afwika ba’da qudrotika, walakal hamdu hamdan laa yanbaghii illaa laka, walakal hamdu laa ilaaha illaa anta, as aluka ijaabatad du’aa, was syukro fii syiddati war rokhoo.
o Ya Allah ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji atas pemberian-Mu sesudah pengetahuan-Mu, dan bagi-Mu segala puji atas pemaafan-Mu sesudah kekuasaan-Mu, dan bagi-Mu segala puji, pujian yang tidak patut disanjungkan kecuali hanya kepada-Mu. Aku memohon terkabulnya segala permohonan dan doa, dan aku memohon dianugerahi rasa syukur dalam keadaan sempit dan lapang.
· Walakal hamdu anas saailu alladzii a’thoita,wa anal khoothiu alladzi ‘afauta, wa anal mariidhu alladzii syafaita
o Dan bagi-Mu segala puji, Saya adalah orang yang meminta segala pemberianmu, sayalah orang yang selalu berbuat khilaf dari pemaafan yang engkau berikan, sayalah orang yang sakit yang engkau sembuhkan.
· Allahumma sholla ‘alaa Muhammadin wa’alaa ali Muhammadin ‘adada man sholla alaihi walam yusholli ‘alaihi.
o Ya Allah ya Tuhan kami, semoga rahmat dan keselamatan tercurah kepada nabi Muhammad dan keluarganya sebanyak orang yang bersholawat dan tidak bersholawat kepadanya.
· Allahumma sholli ‘alaa Muhammadin ‘adada qothril amthoor, wa ‘adada waroqil asyjaar, wa ‘adada zabadil bihaar, wa ‘adada miyaahil anhaar, wa ‘adada ahlil jannati wa ahlin naar, wa ‘adadal abroori wal fujjaar.
o Ya Allah ya Tuhan kami, semoga Engkau memberi curahan rahmat kepada nabi Muhammad SAW sejumlah bilangan tetesan air hujan, dan sejumlah bilangan dedaunan yang ada di pepohonan, dan sejumlah buih di lautan, dan sejumlah bilangan air sungai, dan sejumlah bilangan ahli syurga dan ahli neraka, dan sejumlah bilangan orang-orang yang berbuat kebaikan dan orang-orang yang berbuat ma’shiyat
· Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin Sholaatan tunjinaa bihaa min jamii’il ahwaali wal aafaat, wa taqdhii lanaa bihaa min jamii’il haajaati, wa tuthohhironaa bihaa min jamii’is sayyiaat, watarfa’unaa biha ‘indaka a’lad darojaat, wa tuballigunaa bihaa aqshol ghooyaati min jamii’il khoirooti fil hayaati wa ba’dal mamaati, innaka ‘alaa kulli syaiin qodiir.
o Ya Allah ya Tuhan kami, curahkanlah rahmat dan shalalawat keharibaan pemimpin kami Nabi Muhammad SAW, yang dengan sholawat itu Engkau selamatkan kami, dari perkara yang menakutkan dan kebinasaan dan dengan sholawat itu Engkau penuhi segala kebutuhan dan hajat kami, dan dengan sholawat itu Engkau sucikan kami dari hal-hal yang buruk, dengan sholawat itu Engkau angkat kami pada derajat yang tinggi di sisi-Mu, dan dengan sholawat itu Engkau antarkan kami ke puncak cita-cita kami dari segala kebaikan di dalam hidup dan setelah mati. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
· Allahumma maghfirotuka ausa’u min zunuubii, warohmatuka arjaa ‘indii min ‘amalii, subhaanaka laa ilaaha ghoiruka, ighfir lii dzanbii, wa ashlih lii ‘amalii, waqdhi haajatii, innaka taghfiruz dzunuuba liman tasyaa, wa antal ghofuurur rohiimu, yaa ghoffaar ighfir lii, yaa tawwaab tub ‘alayya, yaa qoodi iqdhi haajatii, yaa robbal ‘alamiin.
o Ya Allah ya Tuhan kami, pintu ampunan-Mu lebih luas daripada segala dosaku, dan kasih sayang-Mu lebih aku harapkan di sisiku daripada amal perbuatanku, Maha Suci Engkau tiada Tuhan selain Engkau, ampunilah aku dari segal dosaku, berikan kebaikan dan mashlahat segala amal perbuatanku, dan penuhilah segala hajat dan kebutuhanku, sesungguhnya engkau akan pengampun segala dosa bagi siapa saja yang Engkau kehendaki, dan Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Duhai Zat yang Maha Pengampun ampunilah aku, duhai Zat Penerima taubat terimalah taubat hamba-Mu, Duhai Zat yang Memenuhi segala permohonan hamba-Nya penuhilah hajat dan kebutuhanku. Duhai Zat pemelihara alam semesta.


· Allahumma aslamtu wajhii ilaika, wa fawwatthuu amrii ilaika, wal ja’tu zhohrii ilaika roghbatan wa rohbatan ilaika, laa malja-a walaa manjaa minka illaa ilaika. Allahumma aamantu bikitaabikal ladzii anzalta, wabinayyikal ladzii arsalta.
o Ya Allah ya Tuhan kami, kuserahkan diriku kepada Engkau, kuserahkan segala urusanku kepada Engkau, Aku berlindung diri kepada Engkau dengan pengharapan (beroleh kebaikan) dan takut (mendapat siksa). Tiada tempat berlindung dan tempat mencari keselamatan. Hanyalah kepada Engkau. Ya Allah ya Tuhan Kami, aku beriman kepada kitab yang telah engkau turinkan. Dan aku percaya kepada para nabi yang telah engkau utus.
· Laa ilaaha illallahul kariimul haliim, subhaanallahi robbil ‘arsyil ‘adzhim, Allahumma innii as-aluka muujibaati rohmatika, wa ‘azaaima maghfirotika, wal ‘ishmata min kulli dzanbin, wal ghoniimata min kulli birrin, was salaamata min kulli itsmin, laa tada’ lii dzanban illaa ghofartahu, walaa hamman illaa farrojtahu, walaa dainan illaa qodhoitahu, walaa karban illaa naffastahu, walaa dhorron illaa kasy syaftahu, walaa haajatan hiya laka ridhoo, illaa qodhoitahaa wayassartahaa, yaa arhamar roohimiin.
o Tiada Tuhan selain Allah, Zat yang Maha Mulia lagi Maha pemberi. Maha Suci Allah Tuhan pemelihara ‘arsy yang Maha Agung. Ya Allah ya Tuhan kami, aku memohon kepada-Mu segala yang mewajibkan rahmat-Mu, dan segala yang meneguhkan keampunan-Mu, dan keselamatan dari segala dosa, dan mendapat keuntungan dari segala kebajikan. Janganlah Engkau tinggalkan dosa padaku kecuali Engkau mengampuninya, dan tiada kegelisahan kecuali Engkau menghilangkannya, dan tiada berhutang kecuali Engkau penuhi hutangnya, dan tiada kesusahan tanpa Engkau melapangkannya, dan tak ada kemelaratan kecuali Engkau lenyapkan, dan tak ada sesuatu hajat yang Engkau ridhoi keculi Engkau memenuhinya dan memudahkannya, wahai Zat yang Maha Rohim.

· Allahumma laa sahla illaa maa ja’altahu sahlan wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlan.
o Ya Allah ya Tuhan Kami, tiada yang mudah selain yang Kau mudahkan dan Engkau jadikan kesusahan itu mudah jika Engkau menghendakinya menjadi mudah.
· Allahumma innii as-aluka tamaaman ni’mati fil asy-yaai kullihaa, was syukro laka ‘alaihaa hattaa tardhooo wa ba’dar ridhoo, wal khiyarota fii jamii’i maa yakuunu fiih il khiyarota, wabi jamii’i maisuuril umuuri kulliha laa bi ma’shuurihaa yaa kariim.
o Ya Allah ya Tuhan kami, Aku memohon kepada-Mu kesempurnaan ni’mat pada segala perkara, dan mensyukurimu atasnya, sehingga Engkau ridho dan sesudah ridho itu , lalu aku mohonkan pula kepada-Mu, untuk memilih segala apa yang boleh dipilih sebagaimana aku mohonkan kepada-MU untuk memberi padaku segala urusan yang mudah, bukan yang sulit lagi sukar dikerjakan, wahai Allah yang Maha Mulia.
· Allahumma ashlih lanaa diinanaa alladzii huwa ‘ishmatu umuurinaa, wa ashlih lanaa duniyaanaa allatii fiihaa ma’aasyunaa, wa ashlih lanaa aakhirotanaa allatii fiihaa ma’aadunaa, waj’alil hayaata ziyaadatal lanaa fii kulli khoiirin, waj’alil mauta roohatal lanaa min kulli syarrin.
o Ya Allah perbaikilah agama kami yang merupakan pelindung segala urusan kami, perbaikilah dunia kami yang merupakan tempat kehidupan kami, perbaikilah akhirat kami yang merupakan tempat kembali kami. Dan jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam melakukan segala kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagi kami dari melakukan segala kejahatan.
· Ya waduudu zul ‘arsyil majiid, thowwil ‘umrii, wa shohhih jasadii, waqdhi haajatii, waktsir ahwaalii, wa amwaalii, wa aulaadii, wa habbibnii linnaasi ama’iin, yaa robbal ‘aa lamiin.
o Wahai Zat yang Maha Pengasih Pemilik Arsy yang Mulia, semoga Engkau memanjangkan umurku, dan menyehatkan jasadku,dan memenuhi segala hajatku,dan perbanyaklah keluargaku, hartaku dan anak-anakku, dan tanamkan kecintaan seluruh manusia kepadaku.
· Rabbanaa taqobbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim watub ‘alainaa innaka antat tawwaabur rohim.
o Ya Allah ya tuhan semoga Engkau berkenan menerima permohonan kami karena sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mngetahui. Dan terimalah taubat kami karena sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
· Robbanaa aatinaa fidunia hasanah wafil aakhiroti hasanah waqinaa ‘azaaban naar, ya ‘aziiz ya ghoffaar ya robbal ‘alamiin.
o Ya Allah ya Tuhan kami, semoga Engkau memberikan kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan semoga Enkau menjauhkan kami dari azab neraka, wahai Zat yang Maha perkasa,wahai Zat yang Maha Pengampun, Wahai Zat Pemelihara alam semesta.

· Wa shollallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin bahri anwaarika wa ma’dani asroorika, wa lisaani hujjatika, wa imaami hadhrotika,wa tiroozi mulkika , wa khozaaini rohmatika, wa ‘alaa alihi wa ashaabihi ajma’iin.
o Dan semoga rahmat Allah tercurah kepada Pemimpin kami Nabi Muhammad SAW yang jadi lautan cahaya-MU, dan tambang rahasia-Mu, dan lisan hujjah-Mu, pengganti kerajaan-MU, dan pengawal dan bagaikan sulaman kerajaan-Mu dan gudang rahmat-Mu, dan semoga rahmat-Mu pun tercurah kepada keluarganya serta kepada seluruh para sahabatnya.
· Wal hamdulillahi Robbil ‘Alamiin
o Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.


Wallahu A’lam bis Showaab

Doa

Do’a Sebagai Refleksi Kedhoifan
Oleh: Ahmad Shonhaji

Tidak ada ibadah yang lebih utama bagi lidah setelah membaca alquran selain dari zikrullah (mengingat Allah dengan zikir) dan menyampaikan segala kebutuhan melalui doa yang tulus kepada Allah.
Oleh karena itu do’a juga mengandung pengertian meminta, memohon, mengajukan dan mengadukan setiap persoalan dan keinginan hatinya kepada Allah SWT dengan segala kerendahan hati dan penuh pengharapan untuk segera dikabulkan. Maka tanamkan dalam hati bahwa ada hal penting yang wajib terpenuhi bagi orang yang berdoa, yaitu:
Rasa tawadhu dan kerendahan hati, suara yang penuh kelembutan sehingga merasakan dalam setiap rasa munajatnya ingatan yang kuat bahwa Allah Zat yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui segala keinginan dan kehendak Hamba-Nya. Terbayang akan segala kekuasaanNya, maka semestinya hamba yang berdoa dengan penuh kesadaran menghilangkan segala bentuk kesombongan yang melingkupi hawa nafsunya.
Allah SWT berfirman:
“Karena itu ingatlah kepada-Ku, nisaya Aku akan ingat (pula) kepada kalian” (Q.S. Albaqoroh: 152).
Dalam hadits diungkapkan:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: “Aku beserta hamba-Ku selagi dia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak-gerak menyebut-Ku” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Berdoa dengan rasa takut, penuh pengharapan dan keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan segala permohonannya. Hadirkan dalam setiap munajat bahwa kedekatan Sang Khalik demikian terasa sehingga keyakinan hati dan pengharapan akan dikabulkannya doa semakin terasa.
Allah berfirman:
“ Dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan sungguh-sungguh (berharap akan diterima). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. Al A’rof: 56)
Hadits Nabi menjelaskan:
“Mintalah kepada Allah kemurahan-Nya, karena Allah itu suka jika dimintai
(HR. At-Tirmidzy dan Abu Nu’aim)
“Maka jika kalian memohon kepada Allah Azza wa jalla wahai manusia, mohonlah langsung kehadirat-Nya dengan sepenuh keyakinan baha doa kalian akan diperkenankan. Karena Allah tidak memperkenankan doa hamba-Nya yang keluar dari hati yang lalai”
(HR. Ahmad)
Berbaik sangka kepada Allah dengan bahwa atas setiap permohonan yang dipanjatkan. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan dan keragua-raguan dalam berdoa bagi Allah tergantung persangkaan hambanya.
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman (dalam hadits Qudsi): Aku akan mengikutisangkaan-sangkaan hamba-Ku. Dan Aku akan meyertainya ketika ia berdoa kepada-Ku” (HR. Bukhori dan Muslim)


Perintah dan Keutamaan Berdoa
Firman Allah Dalam Alquran:
“Berdoalah engkau kepada-ku maka Aku akan kabulkan do’amu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina” (QS. Al-mukminun: 60)
“Dan ketika hamba-hamba-Ku bertanya kepada Engkau tentang Aku, maka katakanlah ya Muhammad bahwa aku dekat, Aku akan kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku .....(QS. Albaqoroh: 186)
Tentang keutamaan berdoa Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

“Tidak ada sesuatu yang mulia atas Allah Azza wa Jalla selain dari do’a”.
(Diriwayatkan at-Tirmdzy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Ahmad dan Al-Baghawy)
“Ibadah yang paling utama adalah Doa”. (Diriwayatkan al-Bukhori dalam kitab “Al-Adab Al-Mufrad”).
“Siapa yang tidak mau meminta kepada Allah, maka Allah murka kepadanya”. (Diriwayatkan Al-Bukhory, at-Tirmidzy, Ibnu Majah, Ahmad, al-Hakim dan Al-Baghawy).

Waktu Ijabah dalam Berdoa
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat berdoa, yaitu mencari waktu yang mulia, seperti:
1. Seusai sholat fardhu
“Ditanyakan orang kepada Rosulullah: Ya Rosulullah doa manakah yang sangat didengar oleh Allah? Rosulullah SAW menjawab: yaitu doa di tengah malam dan setelah selesai sholat fardhu”
(HR. At-Tirmidzy).
2. Ketika tengah atau akhir malam
“Rosulullah SAW bersabda: Pada setiap malam, Tuhan kita turun ke Langit dunia, yaitu ketika bersisa sepertiga malam yang akhir. Maka Allah berfirman:”Barangsiapa yang berdo’a kepada-Ku, pasti Ku-perkenankan, dan siapa yang memohon kepada-Ku pasti akan Ku-beri, dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku pasti akan Ku-ampuni” (HR. Bukhori, Muslim, Tirmizi)
3. Saat sujud
“Saat seorang hamba sangat dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud, maka banyak-banyaklah berdoa pada saat itu” (HR. Muslim)
“....minta tolonglah untuk dirimu dengan memperbanyak sujud” (HR. Muslim)
4. Diwaktu lapang dan tenang
“Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah Azza wa Jalla daripada doa ketika dalam keadaan lapang” (HR. Hakim).
“Barangsiapa yang menginginkan doanya diijabah oleh Allah SWT ketika dalam keadaan kesulitan, maka hendaklah ia memperbanyak doa di waktu lapang” (HR. Tirmidzy dan Hakim).
5. Saat berperang fisabilillah
6. Saat khatam alquran
7. Ketika turun hujan lebat.
8. Saat berbuka puasa
9. Diantara azan dan iqomat
10. Duduk diantara dua khutbah.

Adab Berdoa
1. Hendaklah dalam keadaan bersuci
2. Menghadapkan wajah ke arah qiblat
3. Mengangkat kedua tangan dengan penuh kesungguhan
4. Mengusapkan wajah seusai berdoa
5. Mengucapkan doa dengan suara lirih dan penuh ketawadhuan dan kesungguhan.
6. Membersihkan hati dengan berzikir kepada Alah
7. Bertaubat dan mohon ampun atas segala dosa
8. Setiap doa hendaknya diawali dengn Hamdalah dan Shalawat
“Setiap doa terhalang (untuk sampai kepada Allah SWT) sehingga dibacanya shalawat atas Nabi dan keluarga Muhammad SAW” (HR. Tirmidzy)
9. Berdoa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang tidak berlebihan dan melampaui batas
10. Meminta kebaikan dalam doanya.

Ketika Doa Tidak diijabah
Setiap kita yang berdoa selalu berharap bahwa doanya ingin dikabulkan, terlepas apakah itu sesuai dengan situasi dan kondisi kita atau tidak. Seringkali ketika doa dijabah kita merasakan kebahagiaan yang luarbiasa serasa kedekatan kita dengan Allah SWT. Namun kadangkala ketika permohonan yang dipanjatkan belum juga dikabulkan seringkali bisikan syetan menggelincirkan hati manusia untuk berpaling dari Allah.

Firman Allah dalam alquran:
“Boleh saja kamu membenci sesuatu hal,padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”(Q.S. An-Nisa: 19).

Atau bisa juga doa yang kita panjatkan sengaja diperlambat pengabulannya oleh Allah SWT sesuai dengan dengan kehendak dan pertimbangan-Nya
“Tidak ada seorang muslim yang menghadapkan wajahnya kepada Allah untuk berdoa, kecuali Allah memberikannya yang kadang-kadang dipercepat dan kadang-kadang diperlambat”
(HR. Ahmad dan Hakim).

“Tidak ada seorang muslimpun yang berdoa dengan suatu doa, yang doanya tidak berkaitan dengan dosa atau berkaitan dengan usaha untuk memutusan silaturahmi, melainkan Allah akan memberinya dengan salah satu dari tiga kemungkinan: Segera dipenuhinya doa tersebut; disimpannya sebagai simpanan pahala di akherat; atau dihindarkan dari kecelakaan ataupun kejelekan yang sebanding. Mereka para sahabat bertanya: Bagaimana kalau kami memperbanyak doa? Rosul menjawab:”Allah akan memperbanya lagi” (HR. Ahmad, Bazzar, Abu Ya’la dan Hakim)

Penutup
Doa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Sang Khalik dengan penuh kerendahan hati dan keyakinan merupakan wujud kepasrahan dan dan refleksi kedhoifan. Lebih lagi akan nampak terasa di depan mata kita ketika jutaan manusia dengan niat, pakaian, aktivitas ibadah yang sama dalam pelaksanaan ibadah haji semua tangan tengadah dengan linangan airmata, hati tertuju hanya kepada Allah. Hampir disetiap tempat mustajab di Mekkah dan Madinah tiada seorangpun yang meminta dan berdoa kecuali ia tanggalkan keinginan dan nafsu duniawi mengharap keberkahan hidup dan keridhoan agar mendapatkan pahala HAJI MABRUR. Amin.
"Satu Da’I Seribu Berkah"
Ramadhan di Hongkong

Geliat para pegiat zakat menjadi fenomena menarik saat menyongsong hawa Ramadhan. Kemasan program dan sajian kemudahan berzakat menjadi suguhan setiap lembaga zakat bagi para muzakki. Kreatifitas marketing zakat diramu dengan formulasi kecanggihan teknologi masa kini. Dengan kata lain tidak ada celah beragumentasi untuk kesulitan menuanaikan zakat yang sudah menjadi kewajiban setiap muslim yang diberikan amanah kemampuan atas hartanya.
Kemudahan membayar zakat di bulan Ramadhan tentunya tetap diimbangi dengan sentuhan pendayagunaan yang menjadi kebutuhan para mustahik. Dari mulai program monumental yang sustain sampai dengan program charity yang bersifat temporal. Kesibukan para amil zakat seakan tidak ingin kehilangan moment untuk menghimpun sebanyak-banyaknya dana dari muzakki yang disalurkan menjadi pahala yang berlipat.
Demikian pula dengan aktivitas Dompet Dhuafa Hongkong yang menjadi perwakilan DD di negeri yang memiliki lebih dari 120.000 Pahlawan Devisa yang menjadi Buruh Migran. Kesibukan para volunteer yang melibatkan diri untuk berperan aktif berjihad dengan jalur zakat mewarnai kantor DD Hongkong. Dari mulai pembagian tugas mempersiapkan konter pembayaran, mengatur petugas lapangan, mempersiapkan tools marketing dengan standarisasi DD menjadi dinamika DD Hongkong di tengah para Buruh Migran Indonesia.
Bagi DD Hongkong fenomena City of Life memberi kesan tersendiri untuk menebar rahmah membagi berkah kebersamaan diantara buruh migran. Tumbuh subur dan berkembangnya dinamika organisasi advokasi dan gerakan spiritual para BMI menjadi peluang dakwah yang monumental dalam program Ramadhan 1429 H. Dengan meluncurkan ”Program Satu Dai Seribu Berkah (SDSB)” Dompet Dhuafa Hongkong membagi kebersamaan Ramadhan dengan pembinaan spiritual untuk para Buruh Migran Indonesia (BMI). Bersama Ust. Ahmad Shonhaji para BMI mendapat sentuhan rohani penenang jiwa penentram hati untuk memaknai Ramadhan penuh berkah.
Sejak 1 Ramadhan 1429 H bergulir kiprah Da’i yang diamanahkan DD Hongkong terus menebar rahmah berbagi berkah. Pengaturan jadwal kunjungan ke setiap shelter dan organisasi dakwah menjadi agenda utama. Kolaburasi DD dengan pihak Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) di Hongkong menjadi aroma sinergi dakwah yang memberikan semangat ukhuwah dan kebersamaan. Bimbingan tadarus alquran bersama ibu Darma wanita KJRI dan para BMI di masjid Al falah KJRI menjadi agenda rutin setiap hari.
Tentunya padatnya jadwal kunjungan yang dirancang oleh Koordinantor SDSB ke setiap organisasi dakwah dan shelter memberikan pencerahan berarti bagi para BMI. Apalagi bagi mereka kehadiran Ust. Ashon panggilan akrab da’i DD seperti setetes embun yang menjadi pelepas dahaga menyiram rohani BMI. Sembari tetap menyuarakan ZIS dengan senggolan berkahnya sebagai tema utama, program SDSB pun menjadi problem solving bagi persoalan para BMI melalui pendekatan mental spiritual. Sehingga kehadiran sang Da’i pun tidak pernah berhenti untuk menerima konsultasi dari para BMI mengadukan setiap persoalan. Dari mulai persoalan agama, rumah tangga sampai pada persoalan pekerjaan dan majikan. Pertanyaan via SMS yang terus mengalir seakan tak pernah kenal waktu menjadi santapan rutin meminta jawaban untuk membagi berkah ramadhan.
Kehadiran SDSB yang dirancang DD seperti virus yang menyebar cepat ke sekitar kota Hongkong. Antusias BMI dan permohonan untuk disabangi taushiyah Ust. Ashon datang dari setiap organisasi yang ada. Dari mulai Persatuan Dakwah Victori(PDV), FSM, Koo Ti Hoo, Alfadhilah, Alistiqomah, IMWU, FKMPU, IWAMIC dan Shelter-shelter mitra DD yang tersebar di beberapa tempat. Menyisir kota dari mulai causeway Bay, Wanchai, Kowloon, Jordan, Yau Mate, Mei foo sampai ke pesisir Kota seperti, Ching Yi , Yun Long, Tuin Mun sampai ke Macau merupakan sebaran wilayah yang merasakan senggolan berkah Ramadhan 1429 H. Belum lagi halaqoh harian yang diadakan di Masjid Ammar Wanchai, Kowloon Park dan Taman Victory membuat seribu makna dan berkah tersendiri.
”Fun Ying” ucapan selamat datang selalu menjadi kata pembuka dari para BMI dalam setiap halaqoh menyambut kehadiran Satu Da’i Seribu Berkah. Semoga keberkahan Ramadhan menjadi sebaran rahmah yang menebar multi manfaat bagi para stekholder zakat. Wallahu a’lam bis Showab.
.
Istiqomah
Oleh: Ahmad Shonhaji

Allah SWT berfirman dalam Al-qura’an surat fusshilat ayat 30:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengataka:”tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhakan pendirian mereka (Istiqomah), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):”janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Istiqomah berasal dari kata Qooma-yaquumu-qiyaaman artinya kokoh, tegak, berdiri. Menurut maknanya istiqomah merupakan satu sikap kokoh dalam dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah. Dengan kata lain seorang mukmin yang istiqomah ia memiliki pendirian yang kuat dan berkomitmen dalam mempertahankan nilai-nilai Islam secara konsisten dalam aktivitas kehidupan hingga akhir hayatnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda :Dari Abu Sufyan bin Abdillah Radhiallahu ‘anhu berkata: Aku telah berkata, “wahai rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain engkau. Nabi menjawab,”katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah”.
Malam itu Kholifah Umar bin Khattab melakukan inspeksi untuk melihat kondisi umatnya. Hal ini selalu beliau lakukan selama menjabat sebagai kholifah. sayup terdengar suara berbisik dari sebuah rumah. Dengan langkah perlahan beliau mendekati rumah itu untuk mndengar percakapan yang terjadi. Ternyata dialog menarik itu terjadi antara seorang ibu dan anak gadisnya. Nak, campurkan susu yang panas itu dengan air agar keuntungan kita lebih banyak, perintah ibunya. Dengan kaget anaknya berkata: ”Ibu janganlah itu dilakukan karena agama kita melarang mencampur susu dengan air, apalagi jika khalifah Umar tahu dia pasti akan marah dan memberi hukuman kepada kita”. Dengan agak gusar sang ibu berkata: ” Anakku, bukankah Umar tidak tahu apa yang kita lakukan?”. Dengan tenang anaknya menjawab: ”Bunda, bukankah dalam persoalan rezeki alquran mengajarkan yang halal dan thoyyib, Kholifah Umar memang tidak melihat dan mendengar dialog kita, namun Allah menyaksikan setiap gerak dan perbuatan kita, jangan ibu lakukan dan aku tidak akan melalukan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan Rosul-Nya”. Subhanallah. Kholifah Umar meneteskan airmata haru dan bahagia dengan kesholehan dan sikap istiqomah Umatnya.
. Sejarah perjuangan Rosulullah dan para sahabat memantik banyak hikmah keistiqomahan. Sumayyah gugur sebagai syuhada dan Bilal Bin Rabbah tak bergeming dengan siksa untuk menukar aqidahnya. Dalam realita kehidupan pedagang dan pengusaha yang istiqomah dengan kejujuran akan berimplikasi pada terbukanya pintu rezeki, networking, mitra atau customer yang terus bertambah dan etos kerja . Politikus, penguasa dan pejabat yang istiqomah dalam menjaga amanah akan nampak sikap empati, trust dan dicintai. Begitu pula seorang mukmin yang istiqomah menjaga aqidahnya akan melahirkan sikap ihsan dalam kehidupan. Semestinya sikap istiqomah menjadi penghias amal sholeh bagi seorang mukmin. Sekalipun ia dihadapkan pada tantangan hidup, kemiskinan, kekurangan harta atau bahkan ketika berada pada puncak kesuksesan hidup dan gelimangan harta.
Bukankah Allah memberi kabar gembira untuk umatnya yang menjaga semangat istiqomah, dalam Surat Al-Ahqaaf:13: ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada berduka cita”. Aamiin. Wallahu A’lam bis Showab, 080708.
Kejernihan Hati
Oleh: Ahmad Shonhaji

Waktu terus bergilir tahun demi tahun mengisi hari diantara kita. Kini, Syawal datang menjemput. Tentu bagi setiap hamba-Nya Allah memberi dua pilihan dalam hidup, mengambil langkah fujur dan maksiat atau menempuh jalan taqwa dan kebenaran; memilih dosa atau meraih pahala; beroleh syurga atau neraka Penekanan Alquran pada S.91:8 semestinya menjadi ibroh buat kaum mu’min, apalagi konteks ayatnya sangat imlpementatif ketika lafadz “fujur” lebih didahulukan dari lafadz “taqwa”. Hal ini juga berkaitan dengan dominasi sikap dan prilaku manusia, hawa nafsukah yang menjerat umurnya atau fondasi iman dan amal sholehkah yang menyinari setiap langkah hidupnya.
Bahkan seringkali manusia terjebak dengan pilihannya sendiri, misalnya hasil korupsi yang dipergunakan seorang anak untuk membahagiakan orangtuanya, pameran kebajikan melalui sedekah yang ditunaikan, kekhusyuan ibadahnya bercampur dengan sifat riya dan ingin dipuji, ditengah aktivitas membantu orang lain terselip satu bisikan syetan supaya ia dikatakan orang baik, Rasa hasud dan dengki yang dibingkai dengan silaturahim. Sungguh kenyataan ini masih menjadi prototipe yang ada di masyarakat, mencampurkan antara yang hak dan yang batil. Bukankah Peringatan Allah sangat tegas dalam Alquran surat Albaqoroh: 42: “janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahuinya.”
Untuk menyehatkan amaliyah umatnya dan menghilangkan kerikil dosa yang terus menjerat setiap ibadah dan langkah kehidupan manusia, Rosulullah memberikan solusi dengan melakukan imunisasi dan sanitasi “hati” karena muara setiap amaliyah manusia adalah dari segumpal darah, ia bernama hati. Bila baik hatinya maka baiklah semua amalnya, dan sebaliknya bila rusak hatinya maka rusaklah seluruh amalnya (muttafaq ‘alaih)
Ketauladanan para sahabat bercermin pada kebeningan dan kejernihan hati Rosulullah. Kepiawaiannya dalam memvisualisasikan ketulusan hati dengan aktualisasi kepada umatnya melahirkan tebaran rahmah dan cinta diantara mereka. Rasa benci berubah menjadi sayang dan sayang bertambah menjadi cinta dan taat. Subhanallah. Maka bila di dalam segala aktivitas kita, baik di rumah, kantor atau ketika melakukan traksaksi bisnis, berkomunkasi dengan orang lain, menegakkan hukum dan keadilan, berbagi peduli dengan sesama berbingkai kebersihan hati, ketulusan dan komitmen meraih ridho Allah semestinya tidak terjadi lagi kecurangan, eksploitasi, manipulasi, sifat iri dan dengki. Belajar dari hati kita dapat mengambil petikan ibroh dalam hidup ini.

1. Merekatkan ukhuwah.
Bila kita belajar dari Sinergi 2 kekuatan masyarakat mekkah dan madinah dalam membangun paradaban masyarakat madani, yang dilakukan oleh Rosulullah pertama kali adalah saling mempersaudarakan, merekatkan ukhuwah dengan landasan iman dan saling menyatukan hati antara kaum Anshor dan Muhajirin. Perbedaan kebiasaan, adat istiadat, kultur bahkan pendapat yang terjadi diantara mereka justru menjadi kekuatan untuk saling memahami dan mengenal satu dengan lainnya. Proses akulturasi yang dibangun dengan hati yang bersih dan satu tujuan yang sama akan melahirkan hasil karya cipta yang jauh lebih sempurna dan manfaat yang lebih terasa dibanding mendiskusikan terus setiap sisi perbedaan yang malah berujung dengan dengki dan permusuhan. “Tidak sempurna iman salah seorang diantara kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”.


2. Menghilangkan permusuhan
Ketika kepala suku masyarakat Mekkah saling berselisih dan bersitegang pada persoalan siapa yang paling berhak memindahkan hajar aswad ke tempat semula setelah terjadi banjir besar yang menimpa ka’bah., masing-masing kepala suku menampilkan ketokohan dan keunggulannya. Akibatnya yang terjadi bukan penyelesaian akhir tapi menjadi awal permusuhan diantara mereka. Sampai pada akhirnya Rosulullah mempersatukan dengan cara yang santun. Diambil sorbannya, diletakkan hajar aswad di atasnya dan dan setiap kepala suku memegang ujung kain itu, mereka angkat beban itu bersama tanpa ada yang dirugikan. Sungguh Rosulullah mendamaikan mereka dengan hatinya. Dapatkah kita bayangkan bila bukan kejernihan dan ketulusan hati yang berperan maka permusuhan dan pertumpahan darah yang terjadi sementara substansi masalahnya tidak akan pernah selesai.

3. Meluruskan Niat
Berawal dari niat dalam hati segala aktivitas ibadah dimulai, sepanjang proses ibadah berlangsung sampai akhir maka semestinya hati tak boleh bergeming dan niat tak boleh berubah, maka bila terjadi rusaklah ibadah kita. Ketika Usamah seorang panglima muda diperintahkan Rosulullah memimpin pasukan kaum muslimin, Rosulullah mengingatkan dengan pesan bijak, bila berangkat dengan niat pujian maka pulanglah bila berjuang karena Allah syurga menjadi jaminan. Demikian pula ketika Khalid bin Walid mendapatkan surat pergantian posisi Panglima atas dirinya dari Kholifah Umar bin Khattab ia terima dengan hati bijak sambil berkata; “Aku berjuang karena Allah bukan karena Umar”.

4. Mengharap Ridho Allah
Ketika Siti Aisyah Menyaksikan kaki Rosulullah sampai membengkak karena ibadah dengan rasa cintanya ia bertanya: Wahai Rosulullah Bukankah Allah telah menjamin engkau masuk Syurga kenapa harus berpayah seperti ini? Rosulullah menjawab dengan hati yang bijak:”Tidak bolehkah aku ibadah karena rasa syukurku kepada-Nya dan berharap ridho-Nya”. Dengan hati bersih dan kelembutannya Rosulullah SAW selalu mengajarkan para sahabatnya dengan sikap dan prilaku.

Keberkahan dalam hidup, ketenangan jiwa dan kedamaian bathin dimulai dari hati yang bersih yang senantiasa dibentengi dengan ruh ilahiyah agar tidak terjerumus ke dalam jurang kehinaan karena memperturutkan hawa nafsu.
Wallahu a’lam bis Shawab.
10112006.
Halal Bi Halal
Oleh: Ahmad Shonhaji

Halal Bi halal adalah bentuk masdar atau Gerund yang diambil dari kata “ Halla-Yahillu-Hilla-Hallan wa Halaalan” artinya membolehkan. Maka untuk setiap produk makanan dan minuman yang boleh untuk dikonsumsi dan tidak mengandung unsur barang yang haram menurut syariat Islam diberikan label ”Halal”.
Dalam bentuk yang lain istilah kata ”Halal” pun bisa memiliki arti dan makna yang berbeda dengan perubahan bentuk fi’il mudhori’ (present tense) menjadi ”Halla-yahullu-Hulla-Hallan wa halaalan” artinya ”mengurai, melepaskan ikatan, meluruskan benang yang kusut”. Secara maknawi maka istilah halal bi halal menjadi sarana untuk melepaskan ikatan penyakit hati dengan saling mengurai benang kusut yang ada di hati dan kesalahan diri untuk saling membolehkan dengan segala keikhlsan dan keridhoan terhadap kezholiman yang pernah dilakukan satu dengan yang lain. Sehingga hilanglah sudah segala hasad, dengki, iri dan dendam yang terpendam dalam hati seorang muslim.
Rosulullah SAW mengingatkan dalam sabdanya :” Barang siapa yang berbuat kezhaliman terhadap saudaranya, baik kezhaliman pada harta maupun hatinya maka hendaklah minta dihalalkan”. Seiring dengan hadits tersebut Allah SWT berfirman dalam surat al-Hujurat:12 yang berbunyi :” Seungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanlah diantara keduanya agar dan bertaqwalah kamu kepada Allah agar kamu sekalian diberikan rahmat oleh Allah SWT”.
Fenomena unik dan menarik dalam nuansa halal bi halal hanya dapat kita rasakan pada kaum muslim di Indonesia sebagai tradisi keni’matan spiritual di hari raya. Saat menyongsong datangnya hari kemenangan pasca Ramadhan kegembiraan dan keceriaan mewarnai nuansa Idul Fitri di tanah air. Ekspresi kemenangan, kebahagiaan dan kegembiraan nampak dari raut wajah dan senyum yang berseri. Keindahan sapa, salam dengan saling berjabat tangan menghiasi setiap pertemuan dan perjumpaan dengan saudaranya. Ni’matnya silaturahmi untuk saling menjaga hati, memperbaiki hubungan satu dengan yang lain, melakukan perubahan sikap untuk saling menebar rahmah menjadi perekat ukhuwah.
Bagi sebagian masyarakat bahkan untuk terus menjaga ukhuwah dan persaudaraan dengan keluarga, kerabat dan lingkungan menjadikan ”mudik” sebagai menu favorit dan tradisi sepanjang tahun untuk menyambut kebahagiaan Idul Fitri. Lonjakan harga tiket dan antrian panjang di setiap loket pembayaran, merebaknya calo tiket yang memasang harga tinggi, penuh sesaknya angkutan umum, padatnya arus lalu lintas dan macetnya sepanjang jalur mudik tidak mengurangi makna dan keinginan untuk tetap pulang bersilaturahmi dengan keluarga di kampung. Nampak romantisme halal bi halal menjadi warna indah kebersamaan kaum muslimin menyambut Idul Fitri yang mulia. Sebagaimana Rosulullah SAW bersabda: ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. Pertemuan yang bukan hanya sekedar fisik namun mempertemukan hati yang saling menebar kasih sayang dan cinta diantara saudaranya, subhanallah.
Oleh karena itu halal bi halal memiliki kandungan pesan yang sarat makna. Semoga Idul Fitri 1429 H menjadi hari kemenangan kaum muslimin untuk saling memaafkan dan membersihkan hati. Sungkeman anak kepada orang tua, bakti seorang istri kepada suami dan cinta kasih sesama saudara menjadi penambah ketaqwaan setelah sebulan penuh kesenggol berkah Ramadhan, Aamiin. Wallahu a’lam bis showab.130908
Hubbul Masakin
Oleh: Ahmad Shonhaji

Rosulullah SAW mengajarkan doa dengan tiga permohonan yang menarik : “Allahumma ahyinii miskiinan wa amitnii miskiinan wahsyurnii yaumal qiyaamati ma’a zumrotil masaakin” artinya : “Ya Allah ya Tuhanku Hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan wafatkan aku pula dalam keadaan miskin serta giringlah aku nanti pada hari kiamat bersama rombongan orang-orang miskin”. Meski sebagian sahabat memberi interpretasi terhadap kata “miskin” dalam doa tersebut dengan ikhlas dan tawadhu.
Subhanallah keberpihakan Rosulullah SAW untuk selalu berbagi kepada kaum lemah bukan hanya direfleksikan dengan sikap dan perbuatan semata namun diiringi dengan ketulusan permohonan kepada Allah untuk selalu dekat bersama orang yang lemah dan menderita. Bukankah Rosulullah selalu mengingatkan kepada para sahabatnya, “Aku adalah bapaknya anak yatim dan sahabat bagi orag miskin”.
Dalam riwayat yang lain Rosulullah SAW bersabda:” Carilah aku diantara para Dhuafa dan orang miskin (diucapkan sampai 3x), karena sesungguh engkau akan ditolong dan diberikan kemudahan rezeki dengan sebab doa kaum Dhuafa karena kepedulian dan keberpihakanmu”.
Bayangkan oleh kita keceriaan wajah anak yatim dan senyum kebahagiaan kaum Dhuafa saat kelembutan dan kepedulian menyentuh hati dan jiwa mereka . Tidakkah kita juga merasakan ketulusan doa dan pancaran keikhlasan yang terlontar dari bibir yang selalu berharap adanya orang-orang yang memperhatikan dan mencintai mereka dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Seorang yahudi yang buta dan miskin di Madinah, setiap saat selalu mencaci dan memaki Rosulullah, namun sentuhan tangan Rosulullah yang selalu memberinya makan setiap hari dengan penuh keikhlasan, cinta yang tulus dan kelembutan menghadirkan hidayah Allah di hatinya.
Ketika seorang mengangkat kedua tangannya saat takbir diawal sholat, itulah tanda kdhoifan dan penyerahan seorang hamba kepada sang Kholiq. Hablum minallah dan kontak komunikasi vertikal terjalin. Namun kesempurnaan ibadah bukan hanya indahnya komunikasi vertical namun pola keseimbangan horizontal dengan lingkungannya menjadi kunci kebahagiaan. Karena itu “salam” dengan gerakan menengok kekanan dan kekiri menjadi tanda kesempurnaan sholat dan cermin kesempurnaan iman untuk mengajarkan empati, peduli dan selalu berbagi.
Tentunya semangat berbagi dan peduli yang diajarkan Rosulullah memberikan ibroh tentang prinsip keseimbangan dalam hidup. Ramadhan dengan kewajiban berpuasa membentuk karakter mu’minin untuk dapat merasakan penderitaan orang miskin. Indahnya kewajiban berzakat memberi pelajaran kedermawanan untuk menepis kesenjangan sosial dan sikap individualis. Bahkan kerekatan silaturahmi yang terjalin dan nuansa saling memaafkan ketika Syawal merupakan pancaran kebersamaan dan ukhuwah yang tidak lagi melihat manusia dari status sosial, harta, tahta dan kedudukan.
Kini keni’matan Ramadhan dan predikat muttaqin serta indahnya kebersamaan di bulan Syawal menjadi recharge iman untuk selalu menjaga sustainibilitas kepedulian dan tetap konsisten untuk saling berbagi.
Wallahu a’lam bis showab.171008